Minggu, 22 Juli 2012

Jual beli secara Istishna’

Istishna’ secara bahasa adalah permohonan untuk dibuatkan. Sedangkan secara istilah adalah jual beli yang dimana si pembeli meminta kepada si penjual untuk dibuatkan/diadakan suatu barang yang diinginkan oleh pembeli sesuai dengan kriteria (bentuk, ciri-ciri dan harga) dari produk yang dipesan.

Landasan syariah

Al-Qur’an surat al-Baqarah, ayat 282: “wahai orang-orang yang beriman jika kalian berhutang dengan sebuah hutang dengan waktu yang telah ditentukan, hendaklah kamu menulusnya..”

Al-Hadits yang diriwayatkan dari Anas r.a: “pada suatu hari Nabi SAW. hendak menuliskan surat kepada seorang raja non arab, lalu dikabarkan kepada beliau: sesungguhnya raja-raja non arab tidak sudi menerima surat yang tidak distempel, maka beliau pun memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari bahan perak. Anas menisahkan seakan-akan ini aku dapat menyaksikan kemilau putih ditangan beliau” (Riwayat Muslim).

Rukun Istishna’

1.       Penjual

2.       Pembeli/pemesan barang


3.       Barang yang dipesan

4.       Pembuat barang dan penyedia bahan baku


Persyaratan Istishna’

1.       Pelaku akad harus cakap hukum dan suka sama suka

2.       Bebas riba


3.       Barangnya itu ada meski tidak ditempat, milik sah si penjual, tidak termasuk objek yang diharamkan dan sesuai dengan peryataan penjual

4.       Harga dan keuntung, dimana harga adalah perolehan ditambah keuntungan, keuntungan yang diminta harus diketahui pemesan, harga jual tidak boleh berubah selama masa akad dan sistem pembayaran dan masa akad ditentukan bersama


5.       Bank dapat meminta agunan tambahan atas fasilitas yang diberikan

Manfaat Istishna’

-          Bisa memilih barang sesuai keinginan

-          Mempunyai modal bagi pengelola


-          Kerja sama

-          Selisih harga


-          Kualitas barang sudah terjamin

-          Produksi barang tepat waktu


-          Harga barang tetap

0 komentar:

Posting Komentar